Ashabul Kahfi: Angka Stunting di Indonesia Mengkhawatirkan
Indonesia masih mengalami stunting yang cukup tinggi yaitu di angka 21,7% atau urutan kedua di Asia
Pekan mode Jakarta Fashion Week (JFW) 2025 dibuka pada Senin (21/10/2024) di City Hall, Pondok Indah Mall 3, Jakarta. Pada hari perhelatan mode yang digelar selama 17 tahun ini, desainer Rani Hatta kembali menampilkan koleksinya setelah empat tahun vakum.
Di kesempatan ini Ranihatta mempersembahkan koleksi terbaru Sabamodest. Rani membuka show dengan menampilkan long coat abu-abu, setelan jas, vest, rok dan blazer.
Koleksi ini mencakup dress, outerwear, dan kemeja dengan siluet longgar. Warna dipilih seperti hitam, putih, hijau army, cokelat, dan beige, menciptakan nuansa modern dan chic. Bahan digunakan sangat cocok untuk iklim tropis dengan kombinasi katun dan polyester.
Desain layering yang stylish membuat busana ini cocok untuk cuaca panas, tetap nyaman, dan stylish.
"Ranihatta setelah sekian lama vakum, akhirnya aku kembali lagi. Jadi untuk koleksi Ranihatta sekarang itu menurut aku yang paling aku sukai di antara koleksi-koleksi Ranihatta yang pernah ada. Jadi ini kayak aku banget item-items yang aku kepengen pakai sendiri sesuai dengan idealis," jelas Rani Hatta dikutip dari Wolipop.
Ranihatta ingin menonjolkan sisi fierce dan powerful melalui koleksi casual ready-to-wear. Busana unisex dan permainan tekstur bahan muncul di gelaran JFW 2025. Koleksi Ranihatta terdiri dari 14 looks, dengan dua look untuk laki-laki.
Total, Rani menampilkan 16 look terdiri dari tiga item utama: tops, outer, dan celana atau rok. Kata Rani, cuttingannya kali ini unisex.
"Sebelumnya ada menyisipkan hebohnya, tapi aku itu minimalis banget aku sukanya yang simple dan clean cut dan tajam-tajam cuttingannya. Aku realisasikan itu, memang looknya tailoring minimalis dan structure yang strong," katanya.
Rani juga menjelaskan pemilihan bahan dalam koleksinya, seperti wool polyester dipadukan dengan katun dan denim, serta jaket musim dingin dirancang khusus untuk kenyamanan dalam perjalanan.
"Bahannya aku pakai bahan tailoring gitu seperti wool polyester. Kenapa aku nggak pakai 100% wool? Karena di sini kan iklim tropis terus ada katun. Ada juga denim, aku bikin jaket musim dingin harapannya winter dan traveling pakai baju dari desainer," jelasnya.
Desainer modest fashion ini menerangkan ingin busana karyanya mudah dipadu padankan dengan beragam fashion item. Dia juga mementingkan fungsi dalam merilis suatu koleksi.
"Berdasarkan pengalaman aku, kalau traveling nggak mau ribet soal baju tapi tetap keren. Jadi aku bikin basic coat bahan denim dan bisa masuk ke mesin cuci. Ada paddingya pakai puffer polyester nggak usah disetrika dan aku tambahin pocket juga. Aku ingin mementingkan fungsinya," lanjutnya.
"Kepengen bisa diterima dan jadi tren. Lebih banyak orang yang mengapresiasi tailoring minimalis karena sejujurnya lebih susah. Kalau ada jahitan yang ketarik itu kelihatan," terang Rani.
Lebih jauh, alumnus sekolah desain Susan Budihardjo mengungkapkan alasan vakum. Jelas vakum untuk meluncurkan koleksi Ranihatta karena sedang fokus merintis lini brandnya, Sabamodest.
"Sebenarnya karena efek pandemi, mungkin sebelumnya orang-orang pakai baju Ranihatta itu untuk acara tertentu atau liburan. Kemarin pandemi kan di rumah saja dan akhirnya ketunda. Mungkin agak sedikit tertunda karena mengurus brand Sabamodest karena jujur aku semua produksi sendiri. Susah untuk mencari konveksi rapi, bisa langsung aku awasi sendiri," ungkapnya.
Setelah pertunjukan Rani Hatta, desainer Andreas Odang, Chossy Latu, dan Eridani menampilkan karya mereka. Ketiganya memperlihatkan keahlian dalam mendesain busana perempuan elegan dan penuh makna.
Andreas Odang mengusung tema "RED and LOVE," dengan koleksi didominasi warna merah dan putih.
Kehadiran para desainer ini menambah semarak pembukaan JFW 2025, menunjukkan bahwa industri mode Indonesia terus berkembang dengan perpaduan tradisi dan inovasi mencerminkan kekayaan budaya lokal serta tren global.(*)