BUMDES Punya Peranan Penting Dalam Program Makan Bergizi Gratis
Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional terus memperluas implementasi program Makan Bergizi Gratis.
Masalah suasana hati dan stres bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Biasanya, memilih makan mengatasinya. Untuk memilih makanan jangan sembarangan.
Pemilihan makanan tidak tepat bisa membuat perasaan tertekan semakin parah. Menurut Keri Glassman, RD pendiri dari NutritousLife, saat stres atau merasa tertekan, beberapa makanan tertentu justru bisa mengganggu suasana hati. Ini artinya perasaan tertekan dirasakan justru bisa berubah jadi depresi dan semakin parah.
Melansir dari CNBC Make It, direktur psikiatri nutrisi, gaya hidup, dan metabolik di Harvard, Dr. Uma Naidoo mengungkapkan bahwa para pasiennya mengurangi konsumsi makanan olahan untuk mengurangi gejala gangguan suasana hati, menurunkan stres, meningkatkan energi, dan meringankan gangguan kognitif.
Lebih jauh, Dr. Naidoo mengungkapkan otak dan pencernaan saling memengaruhi satu sama lain. Ketika salah satu mengalami masalah, yang lain bisa ikut terpengaruh.
Seperti makanan olahan bisa merusak kesehatan fisik dan mental manusia. Namun, makanan tersebut menyumbang setengah kalori dalam pola makan standar masyarakat Amerika.
Menurutnya, makanan olahan merupakan produk buruk bagi manusia karena diproduksi secara industri dan berbahan baku tanaman yang ditanam secara luas dan dimodifikasi secara genetik.
"Makanan ini memiliki masa simpan yang panjang berkat penambahan bahan pengawet, bahan kimia, perasa buatan, pemanis, dan pewarna. Selain itu, sering kali mengandung asam lemak omega-6 yang tinggi dan asam lemak omega-3 yang rendah," jelas Dr. Naidoo.
Ia menjelaskan, kombinasi bahan-bahan buatan, gula, rasio omega-6 serta omega-3 yang tinggi, dan kandungan nutrisi yang rendah membuat makanan olahan ultra bersifat inflamasi dan merusak mikrobioma.
Jika manusia konsisten mengonsumsi makanan olahan ultra, hal itu bisa menyebabkan sejumlah komplikasi kesehatan fisik dan mental, mulai dari diabetes, obesitas, depresi, hingga kecemasan.
Karena itu, penting memahami makanan bisa menyebabkan peradangan pada usus dan otak guna mengelola suasana hati dan tingkat energi.
Berikut makanan disarankan dihindari menurut Dr. Naidoo karena bisa memicu stres dan depresi:
Gula Tambahan dan Olahan
Dr. Naidoo menjelaskan gula tambahan dan olahan bisa memperburuk peradangan dan membuat kadar gula dalam tubuh melonjak. Hal ini bisa meningkatkan risiko ansietas dan suasana hati tidak stabil.
"Karena gula memiliki efek adiktif, semakin sedikit gula dikonsumsi, semakin sedikit keinginan. Untuk mengurangi ketergantungan pada gula, belilah makanan utuh tidak dibuat dengan gula tambahan," terang Dr. Naidoo.
Makanan Digoreng
Makanan digoreng membangkitkan selera. Namun, mengonsumsinya secara berlebihan bisa menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental.
Sebuah studi pada 2016 menunjukkan orang mengonsumsi lebih banyak makanan digoreng memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi.
"Makanan digoreng kemungkinan besar merusak suasana hati karena biasanya digoreng dengan lemak yang tidak sehat," jelas Dr. Naidoo.
Pemanis Buatan
Pemanis buatan semakin marak digunakan karena diklaim lebih sehat dan rendah kalori. Padahal, pemanis buatan terbukti berkontribusi meningkatkan risiko depresi.
“Satu studi menunjukkan bahwa orang mengonsumsi pemanis buatan, terutama melalui minuman diet, lebih tertekan daripada mereka tidak mengonsumsinya," jelas Dr. Naidoo.
"Lebih buruk lagi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemanis buatan bisa menjadi racun bagi otak, mengubah konsentrasi neurotransmiter pengatur suasana hati," lanjutnya.
Makanan Olahan
Makanan olahan tidak sehat, seperti kue dipanggang dan minuman soda, cenderung mengandung banyak gula olahan dan pemanis tambahan.
Dr. Naidoo mengatakan makanan tersebut bisa membanjiri otak dengan terlalu banyak glukosa.
“Banjir gula ini bisa menyebabkan peradangan di otak, akhirnya mengakibatkan depresi dan kelelahan," katanya.
Dr. Naidoo menyarankan makanan utuh padat nutrisi, seperti sayuran segar, ikan, atau daging sapi yang diberi makan rumput organik.
Minyak Olahan Industri
Dr. Naidoo mengungkapkan minyak olahan industri, seperti minyak kelapa sawit dan minyak jagung, cenderung mengandung asam lemak omega-3 yang rendah, dan tinggi asam lemak omega-6 bersifat inflamasi.
"Penelitian menunjukkan bahwa orang mengonsumsi makanan tinggi asam lemak omega-6 memiliki risiko depresi lebih tinggi dibandingkan dengan mereka mengonsumsi makanan tinggi omega-3," jelasnya.
Ia menyarankan menggunakan minyak zaitun ekstra virgin atau minyak alpukat sebagai alternatif memasak.(*)