Kartini Media
Ilustrasi bayi baru lahir menjalani pemeriksaan. Foto: Freepik

Bayi Baru Lahir Perlu Skrining Tiroid, Ini Alasannya

Semua anak berpotensi mengalami gangguan tiroid seperti hipotiroid kongenital. Dikutip dari kompas.com, diperkirakan sebanyak 1 dari 3.000 bayi yang baru lahir menderita hipotiroid kongenital. Hal ini menunjukkan bahwa 1.500 dari 4,4 juta bayi baru lahir di Indonesia diperkirakan lahir dengan hipotiroid kongenital.

Hipotiroid kongenital merupakan kelainan pada bayi baru lahir karena kekurangan hormon tiroid.

Bila tidak segera diobati (sebelum bayi berumur satu bulan) akan terlihat gejala hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak, seperti:

1.     Tubuh pendek atau cebol,

2.     Muka hipotiroid yang khas: muka sembab, lidah besar, bibir tebal, hidung pesek

3.     Mental terbelakang (IQ dan EQ rendah)

4.     Menderita hambatan bicara

Supaya tidak mengalami keadaan demikian, satu-satunya cara untuk mengetahui kelainan hipotiroid kongenital sedapat dan segera mungkin melakukan skrining (uji saring).

“Dengan skrining diharapkan bayi yang menderita hipotiroid kongenital dapat diberikan tata laksana dengan segera sehingga terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif,” jelas dr.Ni Made Diah PLD, MKM seperti dikutip dari republika.co.id.

Pemeriksaan menggunakan sampel darah tumit pada bayi usia 48 jam sampai 72 jam.

Gejala bayi menderita hipotiroid kongenital bervariasi tergantung berat dan ringannya hormon tiroid. Secara umum bisa dilihat tubuh bayi pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, lidah besar, mudah tersedak, suara serak, pusar bodong, dan ubun-ubun melebar.(*)

 

Artikel Terkait