BKN Ingatkan Informasi Palsu Seleksi PPPK 2024
Badan Kepegawaian Negara (BKN) meminta pelamar seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P
Sejumlah hasil riset menemukan kaitan antara golongan darah dengan kondisi kesehatan tertentu, terutama penyakit serangan jantung.
Menurut American Heart Association, pemilik golongan darah A, B, atau AB lebih mungkin terkena serangan jantung atau gagal jantung dibandingkan pemilik golongan darah O.
Alasan peningkatan risiko ini, menurut ahli hematologi Douglas Guggenheim di Penn Medicine kemungkinan berkaitan dengan peradangan terjadi pada tubuh pemilik golongan darah A, B, atau AB.
Protein terdapat dalam golongan darah A dan B bisa menyebabkan lebih banyak penyumbatan atau penebalan pada pembuluh darah hingga arteri, memicu peningkatan risiko pembekuan darah juga penyakit jantung.
Melansir ncbi.nlm.nih.go, sebuah studi dilakukan pada 2017 mengungkapkan adanya hubungan antara pemilik golongan darah selain O dan peningkatan risiko serangan jantung.
Studi dilakukan peneliti dari University Medical Center Groningen melibatkan 1,3 juta orang.
Hasil Studi tersebut menemukan bahwa pemilik golongan darah selain O+ atau O- memiliki peluang 9 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung.
Para peneliti dari Belanda menyelidiki data lebih dari 1,3 juta orang diambil dari 11 kelompok penelitian berbeda.
Dari sampel tersebut, 771.113 orang bergolongan darah selain O, dan 519.743 orang bergolongan darah O.
Ditemukan sekitar 14 dari 1.000 orang bergolongan darah O menderita penyakit kardiovaskular, mulai dari serangan jantung dan stroke, hingga penyakit arteri koroner dan gagal jantung.
Sementara angka orang bergolongan darah selain O berkisar 15 dari 1.000 orang.
“Kami menunjukkan bahwa memiliki golongan darah selain O dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner sebesar 9 persen dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 9 persen, terutama serangan jantung,” kata Tessa Kole, dikutip dari ncbi.nlm.nih.go.
Kadar kolesterol lebih tinggi ditemukan pada golongan darah A, serta fakta bahwa molekul galektin-3 dikaitkan dengan peradangan lebih tinggi pada mereka bergolongan darah selain O.
Namun hal tersebut hanyalah hipotesis untuk saat ini. Karenanya, Kole berharap agar golongan darah di masa depan harus dipertimbangkan dalam penilaian risiko pencegahan penyakit kardiovaskular.
“Di masa depan, golongan darah harus dipertimbangkan dalam penilaian risiko untuk pencegahan kardiovaskular, bersama dengan kolesterol, usia, jenis kelamin dan tekanan darah sistolik,” harap Tessa Kole.
Seperti diketahui, serangan jantung termasuk penyebab kematian tertinggi di dunia, selain stroke dan diabetes.(*)