Kartini Media
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Freepik

Posisi Bercinta Tentukan Jenis Kelamin Bayi, Ini Faktanya

Bagi mereka yang sudah memiliki keturunan anak perempuan, pasti mengidamkan bayi laki-laki dan sebaliknya. Alhasil muncul pertanyaan di pikiran menginginkan jenis kelamin tertentu dari sebuah kehamilan.

Lantas, apakah posisi bercinta bisa meningkatkan peluang memiliki jenis kelamin tertentu?

Melansir Detik.com, dokter obstetri dan ginekologi, dr. Niken Pudji Pangastuti, Sp.OG, K-FER, menegaskan tidak ada posisi bercinta memengaruhi jenis kelamin anak.

"Mitos itu, salah, nggak benar. Karena begitu sperma masuk ke dalam organ intim perempuan, dia kan masuk melalui mulut rahim. Begitu sampai di rongga rahim, dia akan berpencar ke kanan dan ke kiri. Jadi mau posisinya bagaimanapun, miring kanan kiri, tetap aja sperma itu akan berjalan sebagaimana mestinya," terang Niken kepada Detik.com saat ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (2/3/2024).

Niken menjelaskan suami menentukan jenis kelamin anak. Sebab, sperma pria memiliki dua jenis kromosom, yakni kromosom Y dan kromosom X.

Setiap laki-laki memiliki persentase kromosom X dan Y berbeda-beda dalam tubuhnya. Jadi, seorang laki-laki bisa memiliki lebih banyak kromosom X dibanding kromosom Y, begitu pula sebaliknya.

Selain itu, kondisi vagina perempuan memengaruhi tingkat bertahan hidup sperma.

Hubungan Seksual Berdasarkan Masa Subur

Menentukan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan saat ini sepertinya tidak lagi menjadi hal sulit. Melalui berbagai metode ilmiah, jenis kelamin bayi bisa ditentukan orangtua. Salah satunya Metode Shettles.

Sebenarnya Metode Shettles bukanlah teori baru, melainkan sudah ada sejak tahun 1960-an dikembangkan oleh seorang dokter asal Amerika Serikat, Landrum, B. Shettles.

Berdasarkan penelitiannya, Shettles mengembangkan metode memperhitungkan semua faktor jenis kelamin anak.

Hasil penelitian Landrum Shettles diketahui bahwa sperma pembawa kromosom X bentuknya jauh lebih lambat dari pergerakannya. Sementara sperma pembawa kromosom Y bentuknya lebih ringan, sehingga bisa berlari lebih cepat.

Menggunakan Metode Shettles, pasangan dianjurkan berhubungan seksual berdasarkan ovulasi atau masa subur.

Menurut Shettles, metode menggunakan tingkat keasaman rahim untuk menentukan bayi laki-laki atau perempuan. Misalnya, ingin memiliki anak perempuan, disarankan berhubungan seksual dua sampai tiga hari sebelum ovulasi.

Ini karena kondisi cairan vagina dan serviks perempuan berada dalam kondisi paling basa. Dengan kata lain, sperma Y tumbuh subur dan baik kerjanya di lingkungan basa.

Sementara jika mengidamkan anak laki-laki, disarankan berhubungan seksual sedekat mungkin dengan masa ovulasi.

Dengan kata lain, pasangan suami istri sebaiknya berhubungan seks setelah menstruasi dan berhenti melakukannya setelah tiga hari.

Sedangkan untuk posisi bercinta yang ideal adalah penetrasi antara penis lebih dangkal, seperti gaya misionaris.

Gaya bercinta ini, kata Shettles bisa membuat sperma bertahan lebih lama di lingkungan vagina yang asam. Lalu bagaimana dengan orgasme? Untuk mencegah tingkat basa pada vagina, seorang perempuan perlu menahan diri untuk tidak orgasme duluan sebelum pria ejakulasi.(*)

Artikel Terkait