BKN Ingatkan Informasi Palsu Seleksi PPPK 2024
Badan Kepegawaian Negara (BKN) meminta pelamar seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P
Internet bisa dikatakan sebagai salah satu penemuan sangat memengaruhi hidup manusia saat ini. Mulai dari bekerja, hingga bermedia sosial.
Saat melihat media sosial, rasanya waktu bergulir sangat cepat. Beberapa jam berlalu tak terasa. Semua informasi dari seluruh belahan dunia bisa didapatkan dengan satu kali "scroll" atau menggulirkan layar ponsel.
Tidak hanya mendapatkan informasi, segala yang diperlukan bisa diakses dengan mudah, mulai dari belanja, berkirim pesan, membeli makanan, hingga bermain games.
Kemudahan membuat terlena dan terjerumus masuk lebih dalam ke dunia maya. Gen Z menyebut fenomena ini dengan istilah "Chronically Online".
Arti Chronically Online
Banyak menyebut chronically online membuat seseorang lupa akan dunia nyata.
Melansir dari Urban Dictionary, istilah chronically online ditujukan kepada individu larut dalam internet dan kehidupannya berputar hanya di internet.
Sebelumnya, istilah “Extremely Online” lebih dulu populer. Namun, sebutan itu berubah seiring gaya hidup manusia yang sulit terlepas dari internet hingga ke fase kronis.
Fase saat mereka terjebak dalam dunia maya hingga sulit membedakan kehidupan nyata.
Awal Mula Chronically Online
Melansir vice.com, istilah chronically online merupakan turunan dari frasa extremly online terkenal pada tahun 2010-an. Saat itu istilah ini ditemukan di aplikasi X (dulu Twitter).
Pada pertengahan 2010-an kemudian muncul istilah baru, yaitu "Terminally Online".
Makna dari kedua istilah ini pada dasarnya sama, yakni menggambarkan individu selalu berada di dunia maya (baik media sosial maupun games).
Saat ini istilah baru muncul kembali yaitu chronically online. Chronically online ramai digunakan Gen Z menyebut individu terlalu berlebihan berada di media sosial atau internet.
Ciri-ciri Chronically Online
Berikut ciri-ciri individu dikatakan chronically online seperti dikutip dari qustudio.com:
Ketidakseimbangan antara kehidupan dunia maya dan nyata perlu dihindari agar terhindar dari dampak terjadi ke depannya.
Menurut professor University of Massachuset, Sherry Turkle, kebiasaan terus-terusan larut dalam internet alias chronically online bisa membuat kehilangan waktu tidak bisa menjalani hidup dalam ketenangan.
Dampak Chronically Online
Melansir Kompas.id, berikut dampak negatif chronically online:
1. Perubahan sikap dan kepribadian
Paparan internet berlebihan mampu mengacaukan cara pandang seseorang. Orang-orang cenderung bersikap lebih sensitif memandang sesuatu. Terlalu banyak pertikaian di media sosial.
Manusia seperti kehilangan rasa saling menghargai dan menghormati. Segala hal dipandang dengan penuh emosi negatif.
Pada dasarnya, media sosial merupakan ruang bebas bagi setiap individu membagikan pendapatnya.
Namun, bukan berarti bisa melepaskan semuanya. Oleh karena itu, penting bijak dalam bermedia sosial.
2. Sulit bedakan dunia maya dan nyata
Berapa jam berselancar di media sosial dalam sehari? Jika terlalu larut bermain internet hingga lebih dari 10 jam, Anda akan sulit melanjutkan hidup di dunia nyata karena terlalu fokus dalam dunia maya.
Untuk itu, gunakanlah akal sehat selama bermain media sosial.
3. Kesehatan mental terganggu
Terlalu sering membuka media sosial membuat kecanduan. Jika hal tersebut dibiarkan, lambat laun akan membuat produktivitas menurun karena fokus terbagi.
Saat tidak produktif, masalah kepercayaan diri akan muncul. Hingga akhirnya diselimuti rasa cemas akan tertinggal. Oleh sebab itu, membatasi diri dalam bermain media sosial adalah jalan keluar terbaik.(*)