Kartini Media
Ilustrasi penduduk Jepang. Foto: Freepik

Jepang Diserang Infeksi Bakteri “Pemakan Daging”, Ada 977 Kasus dan 77 Kematian

Jepang diserang infeksi bakteri “pemakan daging” dua tahun berturut-turut. Jepang melaporkan rekor jumlah infeksi bakteri “pemakan daging” mengancam jiwa. Para ahli masih mencoba mencari tahu penyebab yang melatarbelakangi lonjakan tersebut.

Diberitakan The Japan Times, Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan 977 kasus sindrom syok toksik streptokokus (STSS) hingga 2 Juni.

Angka ini melampau rekor 2023 yaitu 941. Sekitar 77 orang diantaranya meninggal tak lama setelah terinfeksi dari Januari hingga Maret.

"Dengan tingkat infeksi saat ini, jumlah kasus di Jepang bisa mencapai 2.500 pada tahun ini, dengan tingkat kematian sebesar 30 persen," kata Ken Kikuchi, profesor penyakit menular di Tokyo Women's Medical University.

"Sebagian besar kematian terjadi dalam waktu 48 jam," tambahnya.

STSS adalah komplikasi parah dari Streptococcus Grup A (GAS), khususnya varian Streptococcus Pyogenes, merupakan bakteri yang sama menyebabkan radang tenggorokan.

Mengutip The Independent, infeksi GAS di Jepang dilaporkan terkait komplikasi serius lain yakni necrotizing fasciitis sering disebut penyakit "pemakan daging".

Fasciitis nekrotikans menyebar di dalam fasia (lapisan kulit bagian bawah) dan menyebabkan nekrosis, secara harfiah berarti kematian jaringan.

Mengacu columbiadoctors.org, necrotizing fasciitis merupakan infeksi disebabkan bakteri. Infeksi penyakit ini disebut "pemakan daging" karena dampaknya bisa menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan menutupi otot dalam waktu sangat singkat.

Necrotizing fasciitis sangat jarang terjadi namun serius. Banyak orang terkena necrotizing fasciitis berada dalam kondisi sehat sebelum terkena infeksi.

Penyakit ini umumnya ditularkan pada anak-anak usia sekolah yang bisa menimbulkan pembengkakan, nyeri, dan ruam, serta radang tenggorokan.

"GAS bisa dengan mudah ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dekat, dan bisa menyebar tanpa gejala di tenggorokan, namun juga bisa menyebabkan gejala radang tenggorokan klasik seperti radang tenggorokan dan amandel vagina," jelas Profesor Penyakit Menular dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Vanderbilt William Schaffner, dimuat Healthline.

Melansir dari CDC (US Centers for Disease Control and Prevention), berikut gejala bakteri pemakan daging:

Gejala awal:

  • Demam dan menggigil
  • Nyeri otot
  • Mual dan muntah

Setelah gejala pertama muncul, gejala akan berkembang dengan cepat dalam kurun waktu 24 hingga 48 jam.

Gejala lanjutan:

  • Hipotensi (tekanan darah rendah)
  • Kegagalan organ (tanda-tanda lain bahwa organ tubuh tidak berfungsi)
  • Takikardia (denyut jantung lebih cepat dari denyut jantung normal)
  • Takipnea (napas cepat).
  • Penderita terinfeksi akan mengalami nekrosis, masalah pernapasan, kegagalan organ berujung kematian.

Direktur infeksi, imunitas dan kesehatan global di Murdoch Children's Research Institute di Melbourne Australia, Andrew Steer mengatakan, pada kasus tertentu, penderita STSS sering tidak memiliki tanda-tanda peringatan.

"Anda cenderung sehat, dan kemudian menjadi sangat sakit," kata dia, dilansir dari Independent.

Indikasi awal bisa dikategorikan sebagai gejala wabah bakteri "pemakan daging" berupa ruam seperti sengatan Matahari.

Dalam waktu 24 hingga 48 jam, tekanan darah akan turun diikuti dengan kegagalan organ dan detak jantung dan pernapasan yang cepat.

Karenanya, sangat disarankan segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat apabila merasakan gejala-gejala di atas.(*)

Artikel Terkait