Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Nganjuk, Ini Kata Anggota DPR RI
Program MBG resmi diluncurkan pada 6 Januari 2025 lalu dan secara bertahap akan menjangkau berbagai
Seorang perawat asal AS bernama Emily Callahan berkisah mengenai pengalamannya selama bertugas di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Ia menceritakan bagaimana kondisi menyedihkan para korban dan tenaga medis berusaha menyelamatkan mereka.
Meski sudah kembali ke Amerika, Emily mengaku hatinya masih tertinggal di Gaza setelah melihat seperti apa keadaan di sana.
Emily bergabung dengan organisasi Doctors Without Borders bertugas di Gaza ketika konflik antara Israel dan Hamas bergejolak pada Oktober. Ia akhirnya dievakuasi setelah menjadi perawat di sana selama 26 hari.
Emily baru-baru ini diwawancarai jurnalis Anderson Cooper dari media Amerika Serikat, CNN, dan dipublikasikan pada Selasa (7/11/2023).
Wawancara kemudian viral, dan dibagikan sejumlah selebritis termasuk Dewi Sandra hingga Bella Hadid.
Sesi tanya jawab versi panjang diunggah di kanal YouTube CNN, Emily mengungkap kengerian yang ia hadapi, sebelum berhasil dipulangkan ke Amerika Serikat.
Salah satunya saat perjalanan menuju perbatasan, ia mesti tinggal sementara di barak pengungsi dihuni 35 ribu orang tanpa akses air mengalir memadai. Kondisi para pengungsi sungguh memprihatinkan.
“Ada anak-anak dengan luka bakar besar di wajah, dada, serta tangan dan kaki. Karena rumah sakit kewalahan, mereka harus dikeluarkan secepat mungkin,” kata dia.
Tak sedikit orangtua dengan anak-anak mereka terluka parah, datang menghampirinya meminta tolong. Namun Emily tak bisa berbuat apa-apa karena tak membawa obat-obatan ataupun peralatan medis.
Meski mengalami kengerian tak terkira seperti itu, saat ditanya apa ia ingin kembali ke Gaza, Emily langsung mengiyakan.
“In a heartbeat. In an absolute heartbeat,” katanya dengan tegas.
Lebih jauh, Emily Callahan bahkan mengaku hatinya tertinggal di Gaza.
“My heart is in Gaza. It will stay in Gaza,” kata dia dengan mantap.
Salah satu alasannya adalah warga Palestina.
“Orang-orang yang bekerja bersamaku, baik staf nasional di kantor ataupun staf di Rumah Sakit Indonesia adalah beberapa orang-orang terhebat yang pernah kutemui dalam hidupku,” tuturnya.
Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah seorang staf berjuang keras menolongnya untuk pergi dari perbatasan, meski orangtuanya tewas dalam serangan Israel.
Ada pula berbagi air bersih dengannya, meski barang ini sangat langka di Gaza.
“Tanpa mereka, aku sekarang sudah mati,” kata Emily.
Contoh lain, adalah saat Rumah Sakit Indonesia menjadi salah satu target pengeboman para tenaga medis di sana tak ingin mundur.
“Ini adalah masyarakat kami. Ini adalah keluarga kami. Ini adalah teman-teman kami. Bila mereka mau membunuh kami, kami akan menyelamatkan orang sebanyak yang kami bisa,” kata Emily, menirukan pernyataan tenaga medis Palestina di Rumah Sakit Indonesia.
Selain itu, Emily menceritakan bagaimana solidnya para tenaga medis bekerja di Rumah Sakit Indonesia. Ketika ada salah satu perawat meninggal karena ambulan dibom, banyak kolega tidak berniat untuk pindah karena kegigihan mereka.
Penyataraan Emily secara tidak langsung membantah anggapan bahwa mereka bertahan di rumah sakit sebagai ancaman terkait dengan Hamas.(*)