Ade Rezki: Program MBG Jadi Solusi Tepat Berantas Permasalahan Gizi di Masyarakat
Peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dimulai dari aspek fundamental, yakni pemenuhan gizi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengumumkan bahwa per hari ini terdapat 1,3 juta anak Indonesia yang belum mendapat imunisasi dosis pertama. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kemenkes mengajak influencer atau konten kreator untuk mengedukasi masyarakat melalui media digital.
Mengutip Antara, Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine menyoroti tantangan besar dalam program imunisasi, yakni maraknya hoaks yang beredar di tengah kemudahan akses informasi digital.
"Derasnya arus informasi cukup menyulitkan masyarakat untuk bisa membedakan antara fakta yang berbasis sains dan juga informasi palsu. Informasi yang tidak benar dan menyesatkan ini pada awalnya akan menimbulkan keraguan, ketakutan, dan pada akhirnya menimbulkan penolakan masyarakat terhadap imunisasi," ujar Prima.
Informasi keliru ini, menurutnya, menciptakan ketakutan yang berujung pada penolakan vaksin oleh masyarakat.
Kemenkes mencatat, selama periode 2019-2023 terdapat sekitar 1,3 juta anak di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap atau bahkan belum menerima dosis pertama imunisasi DPT-HB-Hib. Kondisi ini dinilai berdampak langsung pada munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya bisa dikendalikan.
Dengan jumlah yang cukup besar tersebut membuat Indonesia menempati peringkat ke-6 dunia sebagai negara dengan jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi terbanyak.
"Hal ini yang menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia dalam jumlah penyumbang terbanyak anak yang belum mendapatkan imunisasi," kata Prima seperti dikutip dari Antara (22/04/2025).
Untuk itu, Kemenkes menjalin kemitraan strategis dengan para influencer yang dinilai mampu menjangkau masyarakat luas, memengaruhi opini publik, dan membangun kembali kepercayaan terhadap imunisasi.
Menurut Prima, kolaborasi dengan influencer dipilih lantaran mereka dinilai memiliki jangkauan audiens yang luas, serta berperan penting dalam membentuk opini dan membangun kepercayaan publik.
Selain itu, ia menekankan pentingnya berbagi cerita positif dari orang-orang yang telah merasakan manfaat imunisasi, agar kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi semakin meningkat.
Prima juga mendorong para influencer untuk hanya menggunakan sumber kredibel seperti WHO, Kemenkes, dan lembaga kesehatan terpercaya lainnya.
Informasi yang diperoleh kemudian diolah menjadi konten menarik yang mudah dipahami masyarakat, sehingga mampu menyaingi hoaks yang lebih sensasional.(*)