Ashabul Kahfi: Angka Stunting di Indonesia Mengkhawatirkan
Indonesia masih mengalami stunting yang cukup tinggi yaitu di angka 21,7% atau urutan kedua di Asia
Bagi para ibu di rumah yang mempunyai anak tapi tidak suka mengonsumsi sayuran hijau ternyata ada cara khusus agar anak-anak ini mau memakannya. Hal ini disampaikan oleh ilmuwan asal Jerman Wermer Sommer.
Sayuran hijau jadi salah satu makanan yang nutrisinya dibutuhkan tubuh khususnya anak-anak. Namun, kebanyakan anak-anak tidak menyukai sayuran hijau dengan beragam alasan. Salah satunya karena memiliki rasa tidak enak saat berada di mulut.
Melansir Daily Mail, ternyata ada cara lain yang dapat dicoba oleh para ibu agar anaknya menyukai sayuran hijau. Trik yang diungkapkan seorang ilmuwan ini cukup mudah dilakukan dan terbukti dapat membantu.
Caranya, dengan membaca dongeng yang menampilkan buah dan sayuran selama 20 menit. Cara ini ajaib membuat anak-anak doyan menikmati makanan sehat.
Werner Sommer, seorang psikolog asal Jerman dan rekan-rekannya ingin merancang cara baru untuk mengatasi epidemi obesitas pada anak-anak. Para ahli ini mengamati pada 80 anak laki-laki dan perempuan berusia 4- 6 tahun dan membagi mereka menjadi dua kelompok.
Pada kelompok pertama, mereka mendengarkan dongeng tentang seorang pelukis yang menyegarkan warna-warna kota setiap malam, tapi tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah jatuh sakit karena mengonsumsi makanan cepat saji. Kekuatannya kemudian pulih dengan mengonsumsi sayuran ajaib.
Kelompok kedua juga mendengar dongeng yang serupa tanpa referensi makanan apapun. Kemudian, setiap hari selama 2 minggu, anak-anak itu ditawari pilihan untuk mengemil buah, sayuran, kue, atau biskuit yang disajikan dalam piring sama.
Mereka yang mendengar cerita pertama makan lebih banyak buah dan sayur. Seminggu sebelumnya, konsumsi mereka jauh lebih sedikit. Pada kelompok kedua tidak ada perubahan yang terjadi ketika mereka mendengar dongeng dengan cerita kedua.
"Dengan satu contoh cerita yang berlangsung hanya 20 menit, kami memperoleh perubahan yang kuat dari preferensi untuk makanan ringan yang tidak sehat menjadi preferensi untuk buah atau sayur yang sehat." tutur Sommer.
Psikolog ini juga menjelaskan cara tersebut bisa berhasil karena narasi yang mirip dengan dongeng. Pada minggu pertama setelah percobaan, 90 persen anak-anak dalam kelompok pertama memilih buah daripada permen dan biskuit.
Setelah tiga minggu, 80 persen anak-anak masih memilih yang lebih sehat. Jumlah persentase ini tetap sama ketika piring isi buah diganti dengan sayuran mentah, seperti wortel dan paprika. Sebelum mendengar dongeng, hanya 1 dari 10 orang akan memilih camilan sayur.
"Hal ini menunjukkan efek kuat dari narasi yang mirip dengan dongeng untuk mengubah preferensi makanan pada anak usia dini," pungkasnya.(*)