Google Tergeser, Gen Z Gunakan TikTok Sebagai Mesin Pencari Informasi Online
Kebiasaan Googling kini mulai tergeser tren baru. Generasi Z atau Gen Z tumbuh di era internet mulai
Memiliki pasangan gemar selingkuh sungguh menyakitkan hati. Laki-laki atau perempuan memiliki kecenderungan selingkuh.
Di Indonesia, perselingkuhan kerap menerima caci maki dari masyarakat, terutama bila terjadi pada pasangan menikah. Bahkan di beberapa daerah, pelaku perselingkuhan bisa dihukum secara masal.
Berdasarkan data Pengadilan Agama seluruh Indonesia, perselingkuhan menjadi penyebab 10.444 pasangan bercerai dari total kasus 15.771 perceraian sepanjang 2007.
Data Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI menunjukkan, perselingkuhan dilaporkan menduduki peringkat kedua sebagai penyebab perceraian tertinggi setelah faktor ekonomi pada 2011.
Melansir penelitian diterbitkan PLOS One, ternyata ada “cheating gene”, yaitu gen D4 polymorphism atau disingkat DRD4 (DRD4 VNTR).
Setiap orang terlahir membawa gen ini, dan menentukan bakat selingkuhnya adalah varian serta ukuran dari gen tersebut.
Gen DRD4 berperan memproduksi hormon dopamin. Hormon ini diproduksi oleh otak ketika suasana hati sedang gembira. Gen ini dikaitkan dengan kecanduan seseorang terhadap alkohol dan tantangan.
Selain gen DRD4, ada gen lain dikatakan berperan yaitu AVPR1A.
Gen ini memproduksi arginine vasopressin mengatur rasa percaya dan empati seseorang. Varian tertentu dari gen AVPR1A ini dipercaya berpotensi menjadi gen selingkuh.
Selain faktor keturunan atau genetik memengaruhi keinginan seseorang selingkuh, ada faktor lingkungan, ekonomi, sosial, dan psikis turun berperan.
Selain faktor genetik, mencontoh perilaku orangtua merupakan hal wajar dilakukan seorang anak.
Ketika anak melihat perselingkuhan kedua orangtuanya, ada dua kemungkinan akan terjadi. Ia menjadi sangat setia dan membenci perselingkuhan, atau justru mewajarkan dan melakukan pada pasangannya.
Robert Weiss, MSW, terapis klinis berpendapat ada banyak faktor lain berperan selain unsur genetik tersebut.
"Banyak orang secara genetik cenderung kecanduan alkohol, tetapi hanya sebagian kecil menjadi pecandu alkohol karena banyak faktor lain berperan seperti lingkungan, kemauan sendiri, pengalaman hidup, ketahanan terhadap gejolak, dll," terangnya.
Perlu diingat, terjadi perselingkuhan atau tidak, semuanya kembali pada pribadi masing-masing.
Berusaha mematuhi komitmen pernikahan membuat seseorang terhindar dari perselingkuhan. Jika merasa jenuh dalam hubungan, cari kegiatan baru lebih menantang agar keinginan selingkuh bisa dihindari.
Hindari kesempatan bisa memicu perselingkuhan. Misalnya sering chatting, mengobrol dan pergi berdua dengan lawan jenis.(*)