Prilly Latuconsina Puji Penyelenggaraan The Alpa Under 40
Prilly memuji program The Alpha Under 40 yang diusung HighEnd Magazine.
Generasi Z atau Gen Z kerap dikategorikan sebagai generasi paling tidak tahan menjalani satu pekerjaan secara kontinu sehingga tak sedikit perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Gen Z adalah sebutan orang-orang yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga 2000-an, setelah generasi Y (milenial).
Gen Z sering disebut sebagai penduduk asli digital karena sebagai generasi muda pertama tumbuh sepenuhnya di era digital.
Selain itu, Gen Z, pertama kali memasuki dunia kerja di tengah puncak pandemi Covid-19. Beberapa tahun terakhir, Gen Z mulai memasuki dunia kerja.
Namun, menurut sebuah survei mengutip Euronews, hampir 1.000 manajer perekrutan menemukan bahwa satu dari enam pemberi kerja ragu mempekerjakan pekerja Gen Z karena citra mereka kurang baik.
Perusahaan ramai-ramai memberhentikan karyawan Gen Z tak lama setelah diterima.
Berdasarkan testimoni, dikatakan bahwa banyak orang lahir pada 1997-2000 belum siap bekerja.
Mereka cenderung tidak mengerti etika kerja, kesulitan berkomunikasi, tidak bisa menerima kritikan, dan secara keseluruhan belum mampu memenuhi tuntutan pekerjaan.
Akibatnya, banyak perusahaan memecat pekerja Gen Z hanya beberapa bulan setelah mereka dipekerjakan, dan beberapa manajer meragukan kualitas Gen Z karena berbagai alasan.
Di Indonesia, populasi Gen Z cukup banyak. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah kalangan generasi Z pada adalah sekitar 60 juta orang.
Data ini tertuang dalam publikasi BPS bertajuk Statistik Indonesia 2023 diterbitkan pada Februari 2023.
Berikut 10 alasan terbesar Gen Z dipecat berdasarkan studi:
Holly Schroth, dosen senior Haas School of Business at the University of California, mengatakan Gen Z banyak dipecat bisa dipengaruhi sistem pendidikan. Banyak Gen Z lebih fokus pada ekstrakulikuler saat kuliah. Tapi mereka kurang pengalaman masuk ke dunia kerja.
"Mereka tidak tahu kemampuan dasar untuk berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja ataupun etika tempat kerja. Hasilnya, tergantung perusahaan apakah mau menerima pegawai baru dengan benar dan memberi mereka pelatihan. Untuk itu, bos harus bersikap seperti coach sekaligus manajer," katanya.
Menurut sebuah artikel terbaru di Inc, 60% pengusaha mengakui memecat karyawan Gen Z yang mereka rekrut tahun ini.
Mengutip Forbes, ada tiga alasan mengapa Gen Z dipecat dari pekerjaan mereka:
1. Kurang Motivasi
Kurang motivasi dirasakan merupakan bentuk pelestarian diri, keengganan terjun ke dalam sistem yang tidak menawarkan banyak stabilitas sebagai balasannya.
2. Berbicara dalam Bahasa Berbeda
Meski anggota generasi ini sering dipuji sebagai penduduk asli digital, hal itu tidak selalu berarti keterampilan interpersonal yang kuat dalam lingkungan kerja tradisional.
Mereka kehilangan waktu tatap muka di kantor pada titik krusial pengembangan karier. Hal ini berpotensi menciptakan kesenjangan dalam pembelajaran dan membuat mereka tidak siap untuk industri mengharuskan rapat, presentasi, dan kolaborasi mendalam.
3. Menolak Mentalitas Kerja
Kesuksesan dikaitkan dengan kerja keras dan pengorbanan karier bagi generasi lebih tua. "Budaya kerja keras" generasi milenial meromantisasi gagasan bekerja malam, akhir pekan, dan hari libur untuk maju.
Namun, Gen Z tidak memercayainya. Mereka menginginkan lebih dari sekadar gaji, mereka menginginkan keseimbangan, makna, dan rasa kepuasan pribadi tidak sepenuhnya terkait dengan pekerjaan.(*)